Siti Fadilah Supari. (Ist)

JAKARTA– Evaluasi dan pelajaran penting dalam menghadapi 2 tahun pandemi Covid-19 ini adalah kesiapan negara menghadapi perang asimetris yang menggunakan senjata biologi dimasa akan datang. Hal ini disampaikan oleh eks Menteri Kesehatan (Menkes), Siti Fadilah Supari yang bicara terkait pandemi Covid-19 yang belum juga selesai.

Lebih lanjut, ahli jantung ini mengingatkan pentingnya pemerintah hingga masyarakat mengenal perang asimetris seperti yang tengah berlangsung saat ini

“Sudah semestinya Menteri Pertahanan, Badan Intelijen, bahkan Panglima TNI punya wawasan yang memadai mengenai bioterrorism dan perang asimetris,” ujarnya

Siti Fadilah menekankan agar Indonesia jangan lagi menjadi korban dan kalah terus di tengah perang asimetris global.

“Kalau kita tidak mau mengerti perang asimetris seperti ini kita akan kalah terus. Saya yakin (Panglima TNI-red).Pak Andika tahu betul soal ini. Dan harus juga sampai ke APBN. Apa masih mau beli tank atau riset biologi?” pungkasnya.

Sebelumnya Siti Fadilah meragukan apa yang disebut sebagai pandemi Covid-19 saat ini sebagai peristiwa alamiah.

Sebaliknya, dia cenderung mencurigainya sebagai bioterrorism yang tengah berlangsung dengan menggunakan Covid-19 sebagai bioweapon (senjata biologis).

Meski begitu, Siti Fadilah bilang pendapatnya ini belum tentu benar.

“Ini pendapat saya pribadi ya, belum tentu benar. Saya lebih cenderung ini adalah bioweapon atau bioterrorism karena pandemi yang asli itu ada syaratnya,” ujarnya melalui kanal Youtube Akbar Faizal dilansir Selasa, 14 Desember 2021.

Menurut Siti Fadilah, International Health Regulation yang menjadi pedoman WHO mengatur bahwa pandemi harus memenuhi syarat-syarat tertentu.

Pertama, ada bukti penularan dari hewan ke hewan, yang dalam hal Covid-19 berarti dari kelelawar ke kelelawar.

Kedua, ada bukti penularan dari hewan ke manusia, dan ketiga ada bukti penularan dari manusia ke manusia.

Namun saat ini yang terbukti hanya poin ketiga saja.

“Sekarang yang jelas ada buktinya dari manusia ke manusia. Tapi dari kelelawar ke manusia, sampai saat ini belum ada yang tahu,” ungkapnya.

Kepada Bangkitlah.com dilaporkan, sejak awal munculnya virus tersebut, memang telah ada kecurigaan beberapa kalangan mengenai kecurigaan Siti Fadilah.

Apalagi, Covid-19 muncul di tengah persaingan politik ekonomi antara Amerika Serikat (AS) dengan China.

“AS dan China kan berantem. Keduanya saling menuduh bahwa salah satunya sebagai pembuat virus (di laboratorium masing-masing-red). Tetapi mereka semua membantah dan mengaku juga sebagai korban,” terangnya.

“Ini AS dan China sebagai government ya. Lalu siapa? Saya tidak berani menyebutnya. Tetapi dia bukan negara melainkan non-state actor,” sambungnya.

Di atas semua itu yang terpenting di tengah situasi saat ini menurut Siti Fadilah adalah membangun persatuan antara rakyat dan pemerimtah dalam menghadapi berbagai serangan akan datang.

“Pemerintah harus mendapat kepercayaan dan dukungan dari rakyatnya. Untuk itu pemerintah jangan sampai menyakiti rakyat. Sebaliknya rakyat harus nurut pada pemerintah. Agar kita dapat menghadapi bersama ancaman perang asimetris yang akan datang,” ujarnya. (Utari)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here