Jakarta – Prabowo Subianto menegaskan paham ekonomi kapitalisme neoliberal terbukti gagal menyejahterakan masyarakat. Dia menjelaskan sikapnya sudah konsisten sejak hampir dua dekade lalu.
Kritik Prabowo terhadap kapitalisme dia sampaikan di Seminar Nasioanl Kebangsaan Bersama 1.000 Guru Besar, Rektor dan Cendekiawan Se-Indonesia, di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Sabtu (30/09/2023).
Awalnya, dia berbicara soal dasar sifat orang pribumi Indonesia yang baik, namun ada kekuatan negara-negara lain yang dia katakan menungguh Indonesia rusuh. Dia menyatakan ini bukan ajaran membenci bangsa lain, namun kata dia ada ajaran yang mendorong orang untuk kaya tanpa menghiraukan bagaimana cara memperoleh kekayaan tersebut. Keserakahan dibenarkan.
“Jangan-jangan ada kelompok lain yang mengajarkan, ‘Nak yang penting harus kaya ya. nggak peduli caranya gimana, yang penting kaya, persetan dengan yang lain.’ Ini ternyata ada aliran pemiikiran seperti itu. Aliran itu ada. filosofi ekonomi itu ada. Namanya adalah kapitalisme neoliberal, laissez-faire,” kata Prabowo di mimbar sambutan.
Dalam kapitalisme neoliberal yang dia pahami, ada prinsip ‘trickle down effect’, yakni kesejahteraan yang menetes dari atas ke bawah. Kesejahteraan hanya diperoleh minoritas di atas sementara mayoritas di bawah bakal mendapat tetesan kesejahteraan dari atas. Namun Prabowo menyebut kapitalisme neoliberal diakui para tokoh Barat sebagai teori yang gagal.
“Ternyata tokoh-tokoh Barat sendiri sudah menyadari. Mereka sudah kapok dan mereka katakan bahwa tidak bisa,” kata Prabowo.
Kepada Bangkitlah.com dilaporkan, Ketua Umum Partai Gerindra yang ingin menjadi capres di Pilpres 2024 ini menyebut nama-nama tokoh yang menginsyafi gagalnya kapitalisme neolib, yakni Hillary Clinton, Joe Biden, Christine Lagarde, hingga Sri Paus.
“Sejak tahun 2004 saya sudah mengatakan, 19 tahun lalu saya mengatakan, sistem ekonomi neoliberal keliru dan sudah terbukti gagal,” kata Prabowo.
“Dan 2008 terjadi crash economy, yang agak heran, tokoh-tokoh pemikir ekonomi Indonesia yang lamban atau malu-malu, mungkin sudah telanjur kesengesem dengan ekonomi neolib, menjadi penganut ekonomi neolib begtitu ternyata keliru malu mengakui,” kata Prabowo. (Andria)