Pakar Biologi Molekuler yang juga pendiri Profesor Nidom Foundation (PNF), Chairul Anwar Nidom. (Ist)

SURABAYA – Pakar Biologi Molekuler yang juga pendiri Profesor Nidom Foundation (PNF), Chairul Anwar Nidom mengklaim bahwa Vaksin Nusantara yang diinisiasi oleh Mantan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, dokter Terawan Agus Putranto, lebih efektif membentuk antibodi kepada masyarakat dibandingkan dengan vaksin yang banyak beredar sekarang.

Klaim tersebut ia sampaikan berdasar hasil penelitian yang dilakukan PNF terhadap 11 orang relawan di Surabaya yang telah disuntik Vaksin Nusantara. Hasilnya setelah dibiarkan beraktivitas biasa, para relawan tetap dalam kondisi sehat dan berdasar hasil Real Time Polymerase Chain Reaction (RT PCR) dinyatakan negatif.

“Data minggu pertama menunjukkan hasil yang lebih baik dari vaksin konvensional. Kalau di vaksin konvensional dalam 15 hari masih belum muncul antibodinya sehingga dibutuhkan dua kali penyuntikan. Berbeda dengan Vaksin Nusantara dalam 15 hari sudah muncul antibodi dan punya daya protektif terhadap virus alam,” kata Nidom dari Surabaya, Minggu (30/5)

Karena itu, kata Nidom tak salah jika orang yang mendapat vaksin konvensional masih bisa terpapar virus karena antibodi baru muncul setelah 2x penyuntikan.

Tak hanya itu, kata Nidom, sejak dilakukan penyuntikan sampai saat ini tidak ada Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) seperti demam, gatal-gatal, bengkak, ngantuk, sampai pingsan seperti vaksin konvensional.

“Jadi yang dulu dikatakan Ketua BPOM (Balai Pengawas Obat dan Makanan) 75 persen yang menderita itu sih kayaknya enggak,” imbuhnya.

Kepada Bangkitlah.com dilaporkan, Guru Besar Biologi Molekuler Universitas Airlangga itu melanjutkan, tak hanya kepada relawan yang belum terkena Covid-19 bahkan penyintas pun dapat menggunakan vaksin yang justru membuat antibodinya lebih besar.

Terkait keberhasilan vaksin ini dalam penelitian minggu pertama, jelas Nidom, tak lain karena kandungan yang terdapat dalam vaksin. Di mana, vaksin-vaksin yang sudah ada sekarang menggunakan bahan-bahan kimia dan beberapa tambahan bahan dari luar yang kemudian langsung disuntikkan ke manusia.

Sedangkan dalam Vaksin Nusantara ini, menggunakan kombinasi beberapa bahan yang terdiri dari protein dalam virus yang kemudian dicampurkan dengan sel dendritik atau sel imun yang ada dalam tubuh manusia.

Nidom menjelaskan, vaksin Nusantara menggunakan bagian darah dalam tubuh yang bertugas untuk membuat antibodi. Unsur itu diambil, kemudian dipisahkan dari bagian lain lalu dipelihara selama lima hari higga terbentuk.

Setelah tumbuh, sel ini dikenalkan dengan bagian protein virus Covid.

“Selama dua hari kenal (sel dendritik dan protein Covid) kemudian disuntikkan. Jadi namanya vaksin itu tidak berkeliaran lagi dalam tubuh, langsung sel dendritik yang bertugas buat antibodi diadaptasikan di luar kemudian masuk, akan lansung buat antibodi,” pungkas Nidom. (Supriyanto)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here