JAKARTA – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek), Nadiem Makarim, mengungkapkan bahwa pelajar Indonesia dari tingkat SD sampai SMA atau sederajat, memiliki karakter spiritualitas yang tinggi. Namun, di sisi lain pelajar di Indonesia ternyata memiliki tingkat toleransi dan kemandirian yang rendah.
Hal itu dikatakan Nadiem berdasarkan survei tentang asesmen profil pelajar Pancasila yang dilakukan oleh Kemendikbud Ristek. Secara berturut-turut dari SD sampai SMA, pelajar Indonesia memiliki nilai tingkat spiritualitas sebesar 43 persen, 32 persen, dan 49 persen.
Di samping tingkat spiritualitas, pelajar Indonesia menurut dia juga memiliki tingkat kreativitas yang tinggi, secara berturut-turut dari SD sampai SMA pelajar Indonesia memiliki tingkat kreativitas sebesar 55 persen, 35 persen, dan 45 persen.
“Anak-anak kita dan sekolah-sekolah kita sangat kuat dalam bidang iman, takwa, dan akhlak mulia, jadi spiritualitas moralitas, dan juga dalam aspek kreativitas, ini dua hal yang tertinggi,” kata Nadiem Makarim dalam acara Peluncuran Rapor Pendidikan Indonesia yang diadakan secara daring, Jumat (1/4).
Namun di sisi lain, Nadiem mengatakan bahwa pelajar Indonesia memiliki kelemahan di bidang lain, terutama di aspek kemandirian dan toleransi. Dari aspek kemandirian, Nadiem mengatakan banyak pelajar Indonesia tidak bisa memotivasi dirinya secara independen karena mungkin tidak diberikan cukup ruang untuk memotivasi dirinya.
Aspek kemandirian ini sangat sulit ditingkatkan tanpa adanya guru dan lingkungan belajar yang bisa mendorong kemandirian siswa dan pembelajaran sepanjang hayat. Aspek lain yang paling lemah dari pelajar Indonesia adalah aspek kebhinekaan global atau toleransi.
Secara berturut-turut dari SD sampai SMA, nilai aspek kemandirian pelajar Indonesia hanya sebesar 10 persen, 15 persen, dan 30 persen. Aspek kebhinekaan global yang mencakup toleransi lebih rendah lagi, secara berturut-turut dari SD sampai SMA hanya sebesar 5 persen, 13 persen, dan 24 persen.
“Banyak aspek dalam kebhinekaan dan kerukunan antarberbagai macam aspek kebhinekaan mulai dari nasionalisme, toleransi, yang harus kita tingkatkan ke depannya,” ujarnya.
Selain itu, ada dua aspek lain yang juga dinilai dalam survei tersebut, yakni nalar kritis dan gotong royong. Secara berturut-turut, pelajar SD sampai SMA memiliki nilai nalar kritis sebesar 51 persen, 18 persen, dan 33 persen, sedangkan untuk gotong royong sebesar 24 persen, 16 persen, dan 30 persen.
Kepada Bangkitlah.com dilaporkan, Survei karakter ini menurut Nadiem penting karena semakin baik indeks karakter pelajar, maka akan semakin baik juga capaian literasi dan numerasinya. Hal itu dilihat dari sekolah-sekolah yang punya capaian karakter tinggi, ternyata memiliki capaian literasi dan numerasi yang jauh di atas sekolah dengan indeks karakter yang rendah.
“Jadi ini semuanya nyambung. Ini semuanya berkorelasi. Kita melihat luar biasa korelasinya, antara karakter yang baik dan pencapaian literasi numerasi yang baik,” tegas Nadiem Makarim. (Adriana)