MEDAN – Din Samsuddin, Rocki Gerung, Said Didu, Jendral Gatot Nurmantyo dan beberapa tokoh oposisi menginisiasi terbentuknya Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) yang akan di deklarasikan pada 18 Agustus 2020.
Muncul Pro kontra menyikapi deklarasi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia dari berbagai tokoh dan elit politik.
Kordinator Forum Aktivis 98 Sumut Ikhyar Velayati mengatakan Koalisi Aksi Masyarakat Indonesia (KAMI) justru bagian dari masalah besar yang ada di Indonesia.
“Koalisi Aksi Masyarakat Indonesia (KAMI) tidak akan bisa menyelesaikan masalah, tetapi mereka justru bagian dari masalah bangsa ini karena para tokoh yang bergabung dalam KAMI dikenal oleh masyarakat sebagai kelompok anti Jokowi yang bertanggung jawab terhadap maraknya isu SARA dalam pilkada DKI 2017 dan Pilpres 2019, ungkap Ikhyar Velayati di Medan, Minggu (16/8).
Ikhyar mengatakan bahwa masalah bangsa indonesia saat ini adalah politik SARA dan tergerusnya persatuan dan kesatuan sesama anak bangsa.
“Justru masalah bangsa Indonesia saat ini adalah maraknya intoleransi, menyusupnya ideologi trans nasional di berbagai elemen dan institusi yang berdampak pada tergerusnya nilai nilai persatuan dan kesatuan serta menipisnya rasa kebangsaan khususnya di kalangan milineal” ungkap Ikhyar.
Ikhyar menambahkan bahwa Publik sangat mengenal dan familiar dengan elit dan tokoh yang tergabung dalam KAMI merupakan para oposisi Jokowi
Masyarakat sudah sangat mengenal mereka sebagai oposisi yang kalah dalam pilpres 2019.
Dan publik juga paham bahwa gerakan KAMI ini nantinya bertujuan untuk mendelegitimasi pemerintahan Jokowi lewat politik SARA, bukan untuk kemaslahatan umat apalagi demi bangsa dan negara, tegas ikhyar yang juga di kenal sekretaris Forum Deradikalisasi Dan Moderasi Beragama (FDMB) UINSU.
Ikhyar menjelaskan bahwa oposisi berbasis kebencian SARA tidak akan mendapat dukungan dari rakyat Indonesia.
Kepada Bangkitlah.com dilaporkan, para manipulator politik yang tergabung dalam KAMI tidak akan pernah menang dan mendapat dukungan dari rakyat, khususnya umat Islam, karena rakyat Indonesia terbiasa sejak dulu bekerja dalam suasana gotong royong dan terbiasa hidup dalam keberagansn suku, agama, ras dan aliran, tegas Ikhyar. (Adriana)