MEDAN – Seleksi Jabatan di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) yang diinisiasi oleh Prof Syahrin Harahap pasca pelantikannya 11 November 2020 lalu. Menuai beragam pandangan positif dari lingkungan UINSU.
Kepada Bangkitlah.com dilaporkan, Prof Saidurrahman yang menjadi salah seorang rival Prof Syharin saat merebut kursi rektor UINSU beberapa waktu lalu menilai, seleksi jabatan di UNISU merupakan sebuah langkah maju dalam membentuk tim kerja yang handal dalam mewujudkan visi misi Rektor UINSU kedepan.
“Ini sebuah langkah maju, Prof Syahrin menyadari pentingnya pembangunan tim kerja yang ideal demi tercapainya tujuan bersama bagi kemajuan UIN Sumatera Utara. Untuk itu perekrutan harus melalui metode dan sistem yang baik sehingga terjaring SDM yang memiliki kompetensi, kapasitas serta kapabilitas yang baik dan teruji,” kata Saidurahman.
Saidurahman menambahkan, dengan metode rekrutmen terbuka dengan mewajibkan setiap calon pejabat untuk membuat visi dan misi masing-masing telah merupakan strategi efektif dalam sosialisasi dan intervensi agar visi dan misi Rektor segera menjadi visi dan misi bersama.
Hal senada juga disampaikan Prof Amroeni yang juga sebagai kandidat rektor. Dia mengatakan, pelaksanaan seleksi jabatan sebagai bentuk menjalankan birokrasi yang baik. “Dalam Statuta perekrutan atau seleksi jabatan di jajaran rektor memang sudah diatur, ini sebagai langkah awal yang baik dan sebagai bentuk menjalankan aturan,” ungkapnya.
Amroeni menjelaskan bahwa untuk jabatan setingkat Dekanat dan Pembantu Rektor memang Statuta mengharuskan dilakukan seleksi atau membuka pendaftaran secara terbukanikan sebagai wadah bagi ASN untuk memperjuangkan haknya mendapatkan jabatan,” paparnya.
Diselenggarakannya pendaftaran terbuka, ASN lebih bersaing positif dalam mendapatkan jabatan, yang kemudian para pegawai akan lebih berkreasi dan mengedepankan prestasinya agar kelayakan dalam menduduki jabatan dapat diperoleh.
Secara birokrasi, langkah awal Rektor menyusun jabatan di jajaran UINSU akan dapat menunjang percepatan pembangunan di kampus tersebut. “Bila seluruh ASN mengejar prestasi, maka imbas positifnya UINSU pun akan lebih kencang majunya,” katanya.
Lain halnya dengan Prof Faisar Ananda yang juga salah satu rival Syahrin Harahap saat merebut kursi rektor di UINSU tersebut menilai pendaftaran jabatan di linkungan kampus yang bernaung di bawah Kementrian Agama tersebut hanya sebagai bentuk basa-basi.
“Pendaftaran itu cuma basa-basi saja, yang mengisi jabatan di jajaran Rektor UINSU itu, pastilah orang-orang yang ikut ‘berdarah-darah’ dalam tim pemenangan rektor beberapa waktu lalu,” kata Faisar Ananda menyikapi perekrutan jajaran pejabat rektorat.
Betuk basa-basinya, tegas Prof Faisar, pendaftaran atau seleksi itu sendiri lah. “Kalau dari sisi birokrasi memang sepertinya fair atau terbuka bagi setiap ASN untuk mendapatkan haknya menjabat. Tapi, jangan lupa kita semua inikan berpolitik,” ulasnya.
Faisar menegaskan artinya mana mungkin orang yang tak berdarah-darah alias tak mendukungnya dalam suksesi rektor, bisa mulus mendapatkan jabatan, dan sebaliknya mustahil orang yang sudah berjuang dalam pemenangan tak mendapatkan jabatan. (Magdalena)