Local lockdown di Jawa Tengah oleh Pemdes. (Ist)

PURBALINGGA –  Pemdes Gunungwuled ,  Satu dusun lakukan local lockdown guna mencegah penyebaran virus corona di Purbalingga, Jawa Tengah. Guna menjamin kehidupan warga, pemerintah desa setempat menanggung biaya hidup warga Rp 50 ribu per keluarga.

Langkah local lockdown bertujuan untuk memutus akses masuk dan keluar satu dusun di wilayahnya.

Dan satu-satunya jalan masuk ke dusun dipasang portal.

Hal tersebut untuk menghalau semua kendaraan yang lalu lalang.

Agar warganya tetap fokus dan taat dengan program social distancing, pemdes juga mengalokasikan sejumlah pos di Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes).

Hal tersebut untuk menanggung biaya hidup seluruh warga dusun.

“Betul, kami local lockdown satu dusun, Dusun Bawahan,” kata Kepala Desa Gunungwuled, Nashirudin Latif. (28/3).

Latif menuturkan, langkah local lockdown diambil menyusul keluarnya hasil swab satu warga dusun yang dinyatakan positif virus corona (Covid-19) pada Rabu (25/3).

“Ada satu warga yang baru pulang dari Jakarta dalam kondisi sakit, sempat dirawat di RSUD Goeteng dan dipulangkan karena kondisinya membaik, tapi beberapa hari setelahnya baru keluar hasil swab dan positif corona,” ujarnya.

Latif mengungkapkan, setelah dipulangkan dari rumah sakit, pasien itu diminta untuk karantina mandiri selama tiga hari di rumah.

Namun karena budaya solidaritas warga desa yang masih kental, tetangga, sanak saudara, dan teman sejawat korban datang menjenguk ke rumah.

Kegegeran pun terjadi setelah warga mengetahui bahwa pasien tersebut divonis positif Covid-19.

Para pembesuk yang merasa berinteraksi langsung dengan dia khawatir tertular virus corona.

“Kami secara mandiri melakukan tracking dengan siapa saja korban ini berinteraksi langsung dan menemukan sedikitnya 90 orang dari 30 Kepala Keluarga (KK) di tiga dusun,” ungkapnya.

Atas dasar itulah akhirnya Kepala Desa mengambil kebijakan untuk menutup total akses di Dusun Bawahan, tempat tinggal pasien positif.

Warga diminta untuk mengisolasi mandiri di dalam rumah hingga 14 hari,

untuk mencegah penyebaran virus corona agar tidak menjadi wabah.

“Kami mendapat desakan dari warga untuk mengambil tindakan local lockdown, kami juga sudah konsultasikan kepada Bupati Purbalingga dan mendapat dukungan,” terangnya.

Agar warganya tetap fokus dan taat dengan program social distancing, pemdes akan menanggung biaya hidup warga yang isolasi mandiri sebesar Rp 50.000 per KK per hari.

Latif mengungkapkan, setelah dipulangkan dari rumah sakit, pasien itu diminta untuk karantina mandiri selama tiga hari di rumah.

Namun karena budaya solidaritas warga desa yang masih kental, tetangga, sanak saudara, dan teman sejawat korban datang menjenguk ke rumah.

Kegegeran pun terjadi setelah warga mengetahui bahwa pasien tersebut divonis positif Covid-19.

Para pembesuk yang merasa berinteraksi langsung dengan dia khawatir tertular virus corona.

“Kami secara mandiri melakukan tracking dengan siapa saja korban ini berinteraksi langsung dan menemukan sedikitnya 90 orang dari 30 Kepala Keluarga (KK) di tiga dusun,” ungkapnya.

Atas dasar itulah akhirnya Kepala Desa mengambil kebijakan untuk menutup total akses di Dusun Bawahan, tempat tinggal pasien positif.

Warga diminta untuk mengisolasi mandiri di dalam rumah hingga 14 hari,

untuk mencegah penyebaran virus corona agar tidak menjadi wabah.

“Kami mendapat desakan dari warga untuk mengambil tindakan local lockdown, kami juga sudah konsultasikan kepada Bupati Purbalingga dan mendapat dukungan,” terangnya.

Kepada Bangkitlah.com dilaporkan, agar warganya tetap fokus dan taat dengan program social
distancing, pemdes akan menanggung biaya hidup warga yang isolasi mandiri sebesar Rp 50.000 per KK per hari.

“Biaya hidup dari 30 KK selama 14 hari, jadi total sekitar Rp 21 juta. Akan dialokasikan dari APBDes, tapi dari hasil konsultasi dengan bupati katanya mau di-back up,” katanya.

Latif menyebut, penyaluran bantuan kebutuhan hidup dari desa untuk 30 KK ini akan diberikan dalam bentuk paket sembako.

“Kami juga mengimbau masyarakat untuk berhenti menyebarkan hoaks jika pacar pasien masih berkeliaran di luar menularkan virus, pacar pasien positif saat ini ada di rumah dan sedang karantina mandiri,” tegasnya.

Hingga Jumat (27/3), total orang dalam pemantauan di Purbalingga sebanyak 968 orang.

Sementara itu, terdapat 41 pasien dalam pengawasan.

Lima di antaranya dinyatakan positif dan lima dinyatakan negatif, sisanya masih menunggu hasil swab dari Jakarta dan Yogyakarta.

Sebelumnya, Wali Kota Tegal, Dedy Yon Supriyono memutuskan untuk mengambil kebijakan kebijakan local lockdown dengan menutup akses keluar masuk Kota Tegal, mulai 30 Maret hingga 30 Juli 2020.

Penutupan jalan dilakukan terhadap ruas penghubung antarkampung yang berbatasan dengan kabupaten/kota lain.

Kebijakan tersebut diambil setelah seorang warga Kota Tegal dikonfirmasi terinfeksi virus corona (Covid-19) pada Rabu (25/3).

Pasien tersebut diketahui baru pulang bekerja dari Dubai, Uni Emirat Arab, dan dari Jakarta menuju Kota Tegal menggunakan kereta api.

Menurut Dedy, keputusan tersebut diambilnya untuk mencegah penyebaran virus corona.

“Warga harus bisa memahami kebijakan yang saya ambil. Kalau saya bisa memilih, lebih baik saya dibenci warga daripada maut menjemput mereka,” kata Dedy, saat konferensi pers terkait satu warganya yang positif corona, di Balai Kota Tegal, Rabu (25/3) malam.

Selain menutup akses keluar masuk kota, Dedy juga menutup akses ke sejumlah titik keramaian, seperti alun-alun.

Dedy mengatakan, pihaknya akan menutup akses masuk kota dengan menggunakan beton movable concret barrier (MBC).

Lebih lanjut, Dedy mengatakan, akses masuk tidak lagi ditutup dengan menggunakan water barrier yang sudah diterapkan sebelumnya di sejumlah titik.

“Termasuk seluruh wilayah perbatasan akan kita tutup, tidak pakai water barrier namun beton MBC. Yang dibuka hanya jalan provinsi dan jalan nasional,” kata Dedy.

Dedy mengakui, langkah yang diambilnya ini tidaklah mudah.

Ia meminta warga untuk mengerti.

“Keputusan ini dilematis, namun warga harus bisa memahami, karena ini untuk kebaikan kita semua,” kata Dedy.

Dedy juga mengakui, kebijakan ini pastinya akan menimbulkan pro kontra di tengah masyarakat, terutama bagi mereka yang berpenghasilan rendah .

Untuk mengatasi masalah tersebut, Dedy mengungkapkan, Pemkot Tegal bersama Dinas Sosial akan menyalurkan bantuan sosial, khususnya bagi masyarakat miskin.

“Saya pribadi termasuk seluruh anggota legislatif agar bersama-sama dengan kesadaran untuk inisiatif secara pribadi membantu mengumpulkan dana,” kata Dedy.

Seorang warga Tegal positif corona sepulang dari Dubai

Seorang pasien yang dinyatakan positif virus corona awalnya dinyatakan sebagai pasien dalam pengawasan di RS Kardinal Tegal sejak 16 Maret 2020, sepulangnya dari Dubai, UEA.

Dari Dubai, Uni Emirat Arab, ia turun di Jakarta dan pulang ke Tegal menggunakan kereta api.

Direktur RSUD Kardinah Heri Susanto mengatakan, saat tiba di stasiun, pasien mengeluh sakit dan langsung dilarikan ke ruang isolasi RSUD Kardinah pada Senin (16/3).

“Saat pertama masuk rumah sakit kondisinya panas, batuk, pilek, sesak napas, dan diare. Kalau sekarang kondisinya sudah membaik dan stabil,” kata Heri.

Hingga Kamis (26/3), Dinas Kesehatan Kota Tegal mencatat ada 41 orang dalam pemantauan (ODP), 13 pasien dalam pengawasan (PDP) yang dirawat di rumah sakit Kota Tegal, 1 orang PDP meninggal dunia, dan 1 positif Covid-19. (Sarinah)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here