JAKARTA- Dalam keadaan darurat nasional seperti saat ini, para pejabat pemerintah diminta memilik senses of crisis untuk bekerja dan berpikir beyond the boundaries, karena tujuan mendesak saat ini menyelamatkan seluruh rakyat Indonesia dari wabah Corona yang semakin meluas penyebaran dan penularannya.
Hal ini disampaikan oleh Dr. Rustam Pakaya di Jakarta, Senin (6/4) menanggapi kelambatan distribusi APD (alat pelindung diri) diberbagai rumah sakit dan puskesmas di seluruh Indonesia.
“Jangan sampai rantai birokrasi, keterlabatan distribusi dan pendanaan menjadi hambatan yang tidak bisa diselesaikan segera, karena ada 250 juta rakyat yang harus segera diselamatkan,” ujarnya.
Ia mendengar distribusi alat pelindung diri yang belum diterima di rumah-rumah sakit daerah dan puskesmas, padahal rumah sakit kabupaten dan puskesmas dimanapun adalah fasilitas rumah sakit terdekat yang bisa dicapai oleh masyarakat kalau dirinya sakit.
“Padahal saat ini gelombang mudik sudah sampai di daerah masing-masing. Sistim pemeriksaan setempat belum sempurna, kemungkinan Corona akan merebak di daerah sampai ke desa-desa akan segera terjadi. Yang akan menghadapi puskesmas dan rumah sakit daerah. Jangan sampai keterlambatan APD akan beresiko pada petugas kesehatan di daerah terpencil,” ujarnya.
Rustam Pakaya membagi pengalamannya saat menjadi kepala Pusat Penanggulangan Krisis dan Bencana Departemen Kesehatan 2006-2009 saat menghadapi bencana, tidak bisa dihambat oleh birokrasi.
“Semua bantuan yang dikerahkan oleh Pusat Krisis Depkes langsung ke rumah-rumah sakit yang membutuhkan dinas, walikota, bupati dan gubernur, dilaporkan setelahnya. Semua menggunakan armada TNI. Pusat Krisis tinggal menghubungi Panglima TNI, barang segera dikirim dari halim ketujuan. Kalau tidak demikian kita tidak bisa menahan jumlah korban bencana,” ujarnya.
Apalagi saat ini menurutnya, seluruh wilayah dan rakyat Indonesia berhadapan dengan virus Corona yang mendunia. Pemerintah perlu segera mengevaluasi dan memonitor langsung ke rumah sakit dan puskesmas seluruh Indonesia.
“Segera cek semua rumah sakit dan puskesmas, apakah sudah terima kiriman bantuan APD. Jangan lagi ada tenaga kesehatan yang jadi korban karena hambatan pada pengiriman bantuan. Kalau petugas kesehatan menjadi korban, bagaimana rakyatnya,” ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo membenarkan jika data kasus positif COVID-19 yang selama ini disajikan pemerintah tidak sesuai dengan kenyataan. Ia berdalih asupan data dari Kementerian Kesehatan juga terbatas.
“Kami dapat feeding data dari Kemenkes terbatas jadi kami belum bisa menghasilkan data yang sangat lengkap atau terbuka,” katanya dalam diskusi virtual Bersama Melawan Covid-19 seperti yang ditayangkan kanal YouTube Energy Academy Indonesia, Minggu (5/4).
Kepada Bangkitlah.com dilaporkan, Agus menjelaskan, BNPB kini membangun aplikasi Lawan COVID-19 yang nantinya digunakan untuk menampung data terkait kasus positif. Harapannya, bisa menghasilkan data yang lebih sesuai dengan kenyataan di lapangan.
“Kami kerahkan banyak tenaga baik dari BNPB, BPBD, termasuk militer dan polisi untuk entry data di seluruh Indonesia dan nanti connect ke aplikasi,” ujarnya.
Agus mengamini pula jika data antara pemerintah pusat dan daerah terkait COVID-19 tidak sinkron. Tapi ia mengaku tidak tahu pangkal masalahnya. Menurut Agus, BNPB bekerja di belakang layar mencatat semua laporan terkait kasus penyakit virus corona 2019 itu dari seluruh daerah. Namun mereka tidak bisa mempublikasikannya karena bukan juru bicara pemerintah.
“Kami punya data dua-duanya. BNPB kumpulkan data dari daerah dan Kemenkes, kami sandingkan. Tapi karena jubirnya Pak Yuri, jadi apa yang disampaikan Pak Yuri itu yang kami publikasikan,” katanya menuturkan.
Rustam Pakaya berharap persoalan data bisa segera disinkronkan dan disesuaikan dengan apa yang sebenarnya terjadi di lapangan.
“Sekali lagi, ini bukan untuk menang-menangan ataupun benar salah. Sebab, data yang sahih sangat penting sekali, agar penanganan wabah covid-19 bisa satu langkah dan seirama, agar nyawa seluruh rakyat bisa diselamatkan,” tegasnya. ( Adriana)