KALIANDA – Aktivitas Gunung Anak Krakatau (GAK) sejak pagi hingga siang menunjukan penurunan.
Meski masih terpantau adanya aktivitas erupsi.
Tetapi sudah mulai agak melemah.
Penanggungjawab Pos Pantau GAK di Desa Hargopancuran Kecamatan Rajabasa, Andi Suardi mengatakan secara visual gunung api yang berada di tengah selat Sunda ini terlihat jelas.
Teramati adanya letusan dengan tinggi kolom abu 250 – 2.000 meter, warna asap putih, kelabu dan hitam dengan intensitas sedang dan tebal.
“Dari CCTV lava 93 yang terpasang pada GAK, teramati adanya letusan menerus,” kata dia Sabtu (11/4) siang.
Untuk aktivitas kegempaan pada gunung api yang kini memiliki ketinggian 157 mdpl ini, berdasarkan data Magma VAR (Vulcanik Activity Reprot) Badan Geologi, Pusat Vulkanologi Mitigasi Becana Geologi Kementerian ESDP, Pos Pantau GAK.
Sejak pagi pukul 06.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB, teramati adanya 4 kali letusan dengan amplitude 30-40 mm dan durasi 16,84 0 109 detik.
Untuk gempa low frekuensi teramati 2 kali dengan amplitud0 5-6 mm dan durasi 6-7 detik.
Kepada Bangkitlah.com dilaporkan, aktivitas GAK terpantau dari pulau Mengkudu Pesisir Rajabasa. Erupsi GAK, hingga Sabtu Siang Terjadi 4 Kali Letusan dan 2 Kali Gempa Low Frekuensi
Gempa hembusan sebanyak 4 kali dengan amplitudo 24 -30 mm, durasi 25-35 detik.
Lalu gempa tremor letusan sebanyak 1 kali dengan amplitudo 40 mm dan durasi 8.874 detik. Juga teramati gempa tremor menerus (microtremor) dengan amplitude 0,5 – 10 mm.
“Hingga saat ini untuk status GAK tetap pada level II/Waspada. Dimana masyarakat/nelayan serta pengunjung dilarang mendekati gunung dalam radius 2 kilometer,” ujar Andi Suardi.
Aktivitas GAK Pagi Ini Relatif Stabil
Aktivitas Gunung Anak Krakatau (GAK) yang berada di tengah Selat Sunda, kembali menunjukan adanya aktivitas letusan pada Jumat (10/4) malam.
Dari data Badan Geologi, Pusat Vulkanologi, Mitigasi Bencana Geologi Pos Pantau GAK, dari pantauan CCTV sempat terpantau adanya letusan strombolian menerus.
Teramati adanya dua kali letusan dengan tinggi kolom abu 200-500 meter dengan warna asap kelabu dan hitam dari atas kawah.
Asap kawah teramati memiliki intensitas sedang dan tebal. Juga teramati adanya asap putih tipis hingga sedang dengan ketinggian 50-100 meter
Penanggungjawab pos pantau GAK di Desa Hargopancuran Kecamatan Rajabasa, Andi Suardi mengatakan dari data Magma VAR (Vulcanik Activity Report), ada 2 kali letusan dengan amplitudo 40 mm dan durasi 74 – 2.284 detik.
Juga teramati adanya gempa tremor harmonik sebanyak 5 kali dengan amplitudo 9-22 mm dan durasi 62 – 320 detik.
Lalu juga teramati gempa low frekuensi sebanyak 8 kali dengan amplitudo 5-10 mm dan durasi 7-18 detik.
“Juga tercatat ada gempa tremor menerus (mikrotremor) yang terekam 0,5 – 40 mm (dominan 40mm),” kata dia melalui pesan WA Sabtu, (11/4).
Menurut dirinya, abu dari aktivitas letusan GAK ini sampai ke Sebesi.
Begitu juga dengan aroma belerang, cukup kua tercium dari pulau Sebesi.
“Kalau abu vulkaniknya sampai ke rumah. Bahkan masuk rumah,” ujar Robby.
Pagi ini, meski tetap waspada dengan adanya peningkatan aktivitas yang tinggal di pulau Sebesi tetap meningkatakan kewaspadaannya.
Sementara itu di pesisir pantai Kecamatan Rajabasa.
Warga yang semalam sempat mengungsi ketempat yang lebih tinggi, telah kembali ke rumah mereka. Aktivitas warga pun pagi ini terpantau berjalan normal.
Warga Pulau Sebesi Tetap Aktivitas Biasa: Tak Ada yang Mengungsi
Meski tetap waspada pasca letusan Gunung Anak Krakatau (GAK), warga Pulau Sebesi tetap beraktivitas seperti hari-hari biasa.
Pulau Sebesi merupakan pulau berpenghuni terdekat dengan GAK.
“Pagi ini aktivitas warga tetap seperti biasa,” kata Robby, warga yang tinggal di Pulau Sebesi kepada Sabtu (11/4).
Robby mengatakan, pada malam hingga dini hari, warga pulau tidak mengungsi.
Menurut Robby, warga tetap di rumah sembari memantau aktivitas GAK yang sempat mengalami erupsi pada sekira pukul 21.59 WIB letusan pertama dan pukul 22.35 WIB untuk letusan kedua pada Jumat (10/4).
Robby mengatakan, untuk aroma belerang cukup kuat tercium di Pulau Sebesi.
Bahkan, kata Robby, abu vulkanik dari aktivitas GAK pun sampai hingga ke Pulau Sebesi.
Sementara itu di pesisir pantai Kecamatan Rajabasa, warga sempat mengungsi.
Namun pada pagi ini, warga sudah kembali ke rumah mereka.
“Memang semalam banyak warga yang sempat mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.”
“Tapi pagi ini sudah kembali lagi ke rumah,” ujar Tono, salah seorang warga.
Seperti diketahui, GAK yang merupakan gunung api di tengah selat Sunda sempat mengalami erupsi pada Jumat malam.
Pada erupi pertama terjadi pukul 21.58 WIB dengan ketinggian kolom abu teramati sekira 200 diatas puncak.
Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang dan tebal kea rah selatan.
Letusan kedua terjadi pada sekira pukul 22.35 WIB.
Ketinggian kolom abu teramati sekira 500 meter dari puncak. Kolom abu ini teramati memiliki intensitas sedang dan tebal ke arah utara.
Erupsi ini terekam alat sesmograf memiliki amplitude 40 mm dan durasi mencapai 2.248 detik.
Kondisi Terbaru Pasca Letusan GAK
Kondisi wilayah Lampung Selatan, pada Sabtu (11/4) pagi, pasca letusan Gunung Anak Krakatau (GAK) Jumat (10/4) malam, sudah berangsur membaik.
Sejumlah warga yang sempat mengungsi ke tempat yang lebih tinggi pada Jumat dini hari, sebagian sudah kembali ke rumah masing-masing.
BPBD Kabupaten Lampung selatan melaporkan kondisi mutakhir di Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Sabtu pukul 04.00 WIB.
Berdasarkan laporan BPBD Lamsel tersebut, tidak terpantau adanya bau belerang, debu vulkanik, dan hujan mulai turun pada Sabtu pagi.
Masyarakat di kawasan itu terutama wilayah sepanjang pantai yaitu Desa Way Mulih, Desa Way Mulih Timur, dan Desa Kunjir sudah berangsur-angsur kembali ke rumah masing-masing.
Warga masih berjaga-jaga dan ronda untuk memantau kondisi yang ada.
“Sampai pagi ini belum ada laporan kerusakan. Petugas BPBD dan aparat setempat akan terus memantau dan melaporkannya,” ujar Agus, petugas BPBD Lamsel.
Masih Terjadi Letusan Sabtu Pagi
Letusan atau erupsi Gunung Anak Krakatau (GAK), yang terjadi pada Jumat (10/4) malam, masih terjadi hingga Sabtu (11/4) pagi.
Hal tersebut diketahui dari pantauan PVMBG.
Menurut PVMBG, letusan yang terjadi pada Sabtu (11/4) pagi sekira pukul 05.44 WIB.
PVMBG melaporkan telah terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau, Jumat (10/4) pukul 22.35 WIB.
Teramati tinggi kolom abu kurang lebih 500 m di atas puncak.
Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal condong ke arah utara.
Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 40 mm dan durasi kurang lebih 38 menit 4 detik.
“Dari pantauan PVMBG, terlihat bahwa letusan terus berlangsung sampai Sabtu (11/4) pagi pada pukul 05.44 WIB,” ujar Kapusdatinkom BNPB Agus Wibowo melalui keterangan tertulis, Sabtu.
Rumah Warga Sampai Bergetar
Letusan Gunung Anak Krakatau (GAK) yang terjadi pada Jumat (10/4) malam, membuat rumah warga sampai bergetar.
Kerasnya suara dentuman akibat letusan tersebut tak hanya didengar oleh warga di sekitar GAK.
Salah seorang warga Pulau Sebesi, Rahmatullah mengatakan, dentuman akibat letusan GAK begitu keras hingga lokasi rumah Rahmat terasa bergetar.
Letusan GAK yang sangat kuat tersebut membuat warga di pesisir Kalianda, Lampung Selatan mengungsi ke lokasi yang lebih tinggi.
“Warga di pesisir Kalianda langsung ngungsi ke gunung. Trauma karena tsunami kemarin,” kata Umar, warga Lampung Selatan.(Mardiana)