Pakar Energi, Dr Kurtubi. (Ist)

JAKARTA – Ternyata kerugian ekonomi yang dialami oleh 10 industri di dunia sangat luar biasa.  Ini belum menggambarkan dampaklockdown terhadap UKM dan usaha non-formal lainnya.   Jumlah pekerjanya pasti jauh lebih banyak dari pekerja di 10 Sektor Industri Formal tersebut.  Demikian pakar energy Dr. Kurtubi kepada pers di Jakarta, Minggu (31/5) menanggapi 10 industri dunia yang mengalami kerugian ekonomi. Salah satunya industri restoran yang mengalami kerugian sebesar 225 miliar dollar.

“Seluruh negara di dunia termasuk Indonesia, dengan kebijakan lockdown pada 10 sektor tersebut sudah melahirkan jutaan pengangguran baru. Di negara kita dampaklockdown dalam melahirkan penganggur baru lebih parah karena pekerja yang bekerja di sektor UKM dan non formal jauh lebih besar,” ujarnya. 

Ia menjelaskan, akumulasi jumlah  joblessdiseluruh dunia saat ini jauh lebih besar dari yang terjadi pada saat depresi besar tahun 1930-an. Semua negara saat ini seolah ‘bingung’ tiba-tiba harus menghadapi masalah besar  ekonomi akibat lockdown.

“Harus diwaspadai, chaos sosial dan penjarahan sewaktu-waktu bisa muncul  hanya karena soal ‘kecil’,” katanya.

Menurutnya, pelajaran terbaru dari kasus pengrusakan pembakaran dan penjarahan yang terjadi di negara semaju Amerika Serikat dengan jumlah jobless 40 juta akibatlockdown. Terjadi pengrusakan dan penjarahan di beberapa kota yang disulut oleh sentimen ras.

“Agar jutaan orang yang kehilangan sumber nafkah bisa kembali bekerja, maka sebaiknya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), keadaan darurat, atau lockdown harus segera diperlonggar dengan membuka secara bertahap semua episentrum ekonomi dan transportasi. Hingga pada akhirnya agar kehidupan  kembali ‘full normal’ saat vaksin dan obat yang sudah lulus uji klinis sudah diproduksi dan aman dipakai secara massal,” paparnya.  

Kurtubi menyatakan semua pihak harus dukung langkah pemerintah ini sambil tetap melaksanakan protokol kesehatan yaitu memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dan menyemprot desinfektant.

Ekonomi Luluhlantak

Kepada Bangkitlah.com dilaporkan, ia mengingatkan, kalau lockdown terlalu lama, misalnya sampai harus  menunggu virus Corona hilang yan tmenurut WHO bisa 2 sampai 5 tahun, maka yang akan punah adalah peradaban dan kemanusiaan. Karena akan terlalu banyak warga negara yang menganggur, jatuh miskin dan super miskin, tidak akan  mampu menghidupi diri sendiri, daya tahan tubuh anjlok lebih gampang diserang virus yang menghancurkan sistem kekebalan tubuh dan sistem reproduksi.

“Ini akan mendorong terjadinya riots(kerusuhan) secara massif dimana-mana, mengambil apa saja yang mereka temukan, maka peradaban dan kemanusiaan akan hancur,” katanya.

Terlebih lagi menurutnya jika vaksin dan obatnya tidak segera bisa ditemukan. Para ahli memperkirakan vaksin baru bisa ditemukan dan dimanfaatkan butuh waktu 1 tahun karena harus menunggu bukti klinisnya terlebih dahulu.

“Misalnya lockdown hanya 1 tahun, tidak sampai 5 tahun, resiko luluhlantaknya ekonomi tetap sangat besar. Ingat negara harus tetap hadir melindungi rakyatnya dari kepunahan peradaban dan kemanusiaan,” tegasnya. (Utari)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here