KRUI- Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pesisir Barat, Mirza Sahri, mengatakan pihaknya telah membentuk satuan pelaksana (satlak) dan tim reaksi cepat (TRC) untuk mengantisipasi bencana. Namun, untuk bencana alam yang tidak bisa ditangani secara manual, pihaknya berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Pesibar.
“Kami telah membentuk satuan masyarakat yang menangani berbagai bencana alam yang terjadi khususnya tanah longsor dan pohon tumbang. Kami juga memfasilitasi mereka dengan peralatan seperti chainshaw (gergaji mesin), golok, senter, dan jas hujan,” paparnya, Sabtu (25/9).
Kepada Bangkitlah.com dilaporkan, dia juga menyatakan kekhawatirannya, tergerusnya tanah di beberapa lokasi sepanjang pantai kabupaten terjadi terus-menerus, bukan hanya proses alam, melainkan ada andil manusia merusak pantai dengan mengambil pasir dan karang yang ada di pantai.
“Kondisinya mengkhawatirkan pantai terus tergerus seperti yang terjadi di pantai Pekon Biha, Pekon Tanjungsetia, Pekon Pagardalam, Pekon Way Jambu di kecamatan Pesisir Selatan. Kegiatan itu sangat merusak termasuk merusak keindahan pantai,” ujar Mirza.
Pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Sat Pol PP untuk menghentikan penambangan liar itu. Menurut Mirza, meski terjadi beberapa banjir di sungai-sungai yang ada di kabupaten itu sepanjang 2021, namun luapan airnya tidak sampai besar.
“Juga di tahun ini kami mencatat terjadi kecelakaan laut yang menyebabkan dua nelayan asal Pekon Kutajawa kecamatan Bangkunat. Perahu mereka tenggelam dihantam ombak saat mereka mencari ikan di tengah laut tapi mereka selamat, dibawa oleh kapal ikan yang lewat dan kemudian bersandar di wilayah Jakarta,” kata Mirza. (Muhammad)