100 dokter gugur melawan Covid menyelamatkan pasien. (Ist)

JAKARTA – Presiden RI Joko Widodo menyampaikan belasungkawa sedalam-dalamnya atas meninggalnya 100 tenaga medis karena COVID-19. “Presiden menghaturkan belasungkawa dan memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada tenaga medis yang bekerja sangat keras dan sangat baik,” kata Juru bicara Presiden Fadjroel Rachman dalam siaran pers, di Jakarta, Rabu (2/9).

Fadjroel mengatakan sejak pandemi COVID-19 melanda Indonesia, tenaga medis berjibaku tanpa sekat apapun, dengan penuh dedikasi dan profesional.

“Pemerintah mengajak setiap orang untuk disiplin memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak agar rumah sakit dan tenaga medis tidak kewalahan dalam menangani pasien COVID-19, dan berakibat kurang baik kepada tenaga medis,” ujar Fadjroel.

Dia menyampaikan, masyarakat menjadi garis depan memutus rantai penyebaran COVID-19. Sementara kepada tenaga medis dan rumah sakit, Pemerintah juga mengharapkan senantiasa disiplin dalam penerapan sistem shift/pembatasan jam kerja, karena tenaga medis penolong terakhir masyarakat bila terdampak COVID-19.

Pemerintah sendiri menyiapkan segala hal yang diperlukan untuk melindungi tenaga medis, termasuk APD lengkap dan insentif.

Sebelumnya Ikatan Dokter Indonesia mencatat sudah 100 orang dokter yang meninggal dunia akibat COVID-19 sejak Maret hingga Agustus 2020. Presiden mengucapkan dukacita sedalam-dalamnya, termasuk kepada keluarga mereka yang ditinggalkan agar tetap diberikan kesabaran.

Menurut Fadjroel, Presiden juga tak lelah-lelahnya mengingatkan seluruh masyarakat Indonesia agar lebih disiplin menerapkan protokol kesehatan untuk dapat meringankan pekerjaan tenaga medis.

Presiden menekankan saling mengingatkan, bergotong royong kebangsaan dan kemanusiaan pada 267 juta rakyat Indonesia adalah kunci disiplin penanganan pandemi COVID-19 dan pemulihan ekonomi nasional untuk keselamatan, kesehatan dan keberlanjutan hidup seluruh rakyat Indonesia.

Presiden juga menegaskan tiga strategi pemerintah untuk menyediakan vaksin COVID-19 yakni, mencari vaksin yang diproduksi pihak manapun di seluruh dunia; kerjasama riset dan produksi Biofarma, perguruan tinggi, lembaga dalam dan luar negeri; serta riset vaksin Merah-Putih oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.

Mengundurkan Diri

Kepada Bangkitlah.com dilaporkan, meningkatnya pasien akibat wabah Covid-19 semakin memberatkan pekerja kesehatan di rumah sakit. Beban dan resiko yang tinggi tidak sebanding dengan pendapatan yang semakin rendah, menyebabkan dokter dan tenaga kerja kesehatan mulai mengundurkan diri dari rumah-rumah sakit. Hal ini disampaikan Ketua Umum Dokter Indonesia Bersatu (DIB), Dr. Eva Sri Diana, Sp.P kepada pers di Jakarta, Selasa (1/9).

“Alat pelindung diri yang kurang memadai, resiko kematian nakes akibat covid yang tinggi. Belum lagi pendapatan yang rendah membuat mereka harus berpikir ulang untuk terus bekerja. Terutama mereka yang memang bukan pegawai negeri,” jelasnya.

Ia menyampaikan duka cita dan penyesalan yang dalam  atas korban dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang akhirnya mengorbankan nyawa dalam tugas melawan Covid di rumah-rumah sakit.

“Kami sangat menyesal sampai pagi ini sejawat kami dokter yang gugur dalam berjuang melawan wabah Covid-19 ini sudah mencapai angka 100 orang. Jujur ini membuat kami jadi maju mundur juga dalam perang wabah ini. Sebagai manusia, wajar kami punya rasa takut.  Tapi rasa takut kami sering kalah dengan rasa kemanusiaan kami yang harus menolong sesame,” tegasnya.

Dr. Eva Sri Diana menyampaikan, setiap kematian tenaga kesehatan membuat perang batin pada setiap dokter.

“Kami ingin lari tapi tidak tega melihat pasien yang berharap pertolongan. Sumpah dokter, rasa kemanusiaan membuat kami terus mencoba bertahan, entah sampai kapan,” ujarnya.

Menurutnya, Menkes Terawan perlu segera memberikan jalan keluar atas persoalan yang dihadapi dokter dan rumah-rumah sakit saat ini.

“Pak Terawan perlu segera cari jalan keluar. Karena ada peningkatan kasus terbaru akibat kluster-kluster di perkantoran di Jabodetabek. Kami ngeri kalau gak ada jalan keluar,” katannya.

Dr. Eva Sri Diana juga meminta agar para dokter bersabar dan tetap bertahan agar rumah sakit tidak kekurangan dokter ditengah wabah Covid yanh kembali meningkat.

“Kalau bukan dokter dan semua tenaga kesehatan, siapa lagi yang akan melayani pasien di rumah sakit. Kalau para dokter mundur semua, kami yang di rumah sakit umum pasti akan semakin kelelahan dan jatuh sakit. Kematian hanya soal waktu saja,” tegasnya.

Tetap Waspada

Eva mengatakan, saat ini masyarakat banyak yang sudah tidak peduli lagi dengan bahaya Covid. Mungkin karena desakan ekonomi dan kejenuhan.

“Maka kita bisa lihat masyarakat sudah banyak diluar rumah, memacetkan jalan raya, bahkan tidak jarang mereka bebas berkeliaran diluar tanpa masker seakan sudah lupa dengan wabah,” katanya.

Ia menjelaskan, bertemunya banyak orang menyebabkan wabah Covid-19 ini semakin tinggi angka kesakitannya dikarenakan mudahnya penyakit ini menular. Bahkan tidak perlu waktu berkali-kali atau waktu lama untuk terpapar.

“Akibat penularan yang mudah, masyarakat yang terpapar covid-19 makin tinggi. Maka angka pasien yang berobat terutama ke rumah sakit makin tinggi,” ujarnya.

Ia mengatakan pada ruang isolasi dan ICU hampir penuh semua pada dua rumah sakit tempat ia bekerja. Sehingga kebanyakan pasien terpaksa harus dirujuk.

“Namun karena rumah sakit rujukan pun sudah banyak yang penuh, akibatnya pasien harus menunggu di ruang IGD kami sampai rumah sakit rujukan ada. Akibatnya tidak jarang meninggal juga karena terlambat dapat perawatan intensif,” katanya.

Menurutnya, jumlah pasien menjadi tinggi sehingga tidak lagi sebanding dengan jumlah dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang melayani. Ketidakseimbangan ini menyebabkan kelelahan pada tenaga kesehatan.

“Apalagi ini terus berlangsung berbulan-bulan, yang menyebabkan imunitas akan menurun sehingga tenaga kesehatan berpotensi mudah terinfeksi Covid-19 dan berujung kematian,” jelasnya. (Utari)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here