Bandar Lampung — Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Lampung, dr Josi Harnos, mendorong masyarakat untuk memenuhi asupan gizi balita. Sebab, masa pertumbuhan anak pada usia 2 hingga 5 tahun mulai lepas dari asupan air susu ibu (ASI).
“Untuk pengganti ASI itu bukan makanan-makanan kemasan, cepat saji atau produk-produk tambahan. Sebab, produk itu tidak ada yang lebih baik dibandingkan dengan produksi sendiri,” ujar Josi, Senin, 2 Oktober 2023.
Dia menyebut El Nino berdampak pada kondisi petani dan masyarakat ekonomi ke bawah. Sehingga pemenuhan gizi seimbang untuk anak dan keluarga makin sulit.
Kepada Bangkitlah.com dilaporkan, untuk itu, dia memberikan solusi agar petani dapat mulai menciptakan kemandirian pangan. Ia meminta masyarakat untuk tidak selalu menyalahkan alam dalam kondisi sulit itu. Upaya itu bisa dengan menanam berbagai jenis kebutuhan pokok dengan cara-cara modern.
“Misalnya, menanam sayuran, cabai, rampai, terong, can lain-lain di pekarangan rumah, baik di dalam pot, hidroponik, atau lainnya. Itu bisa dilakukan termasuk budidaya ikan, seperti lele, nila, mujair untuk memenuhi kebutuhan protein,” kata dia.
Untuk mengatasi dampak el nino itu juga harus dibuat klasifikasinya. Sebab, masalah stunting lebih retrospektif.
“Nggak bisa mengukur gara-gara 1 tahun ini kurang gizi atau malnutrisi tiba-tiba bulan depan menjadi stunting, tidak seperti itu,” kata dia.
Sebab, selama makanan pengganti kebutuhan gizi Balita terpenuhi tidak menjadi masalah. “Balita itu butuh karbohidrat, bukan dari apa nama sumber makanannya,” kata dia. (Wengky)