Bandar Lampung — Buruknya sanitasi lingkungan dan kualitas air berkontribusi terhadap peningkatan angka stunting di Provinsi Lampung.
Koordinator Program Satgas Stunting BKKBN Lampung, Sugeng Trihandoko mengatakan hal tersebut tergolong dalam faktor sensitif atau faktor yang berasal dari lingkungan. Kondisi ini akan menyebabkan timbulan penyakit yang dapat menjangkit anak-anak. “Menurut penelitian, ini faktornya dari air minum yang dikonsumsi rata-rata tidak aman, juga sanitasi yang buruk,” ujarnya, Senin, 02 Oktober 2023.
Pada beberapa kasus yang terjadi di Lampung, apabila angka Open Defecation Free (ODF) atau jumlah masyarakat yang tidak buang air sembarangan tergolong rendah, maka angka prevalensi stunting semakin tinggi.
“Pada 2021, angka stunting tertinggi ada di Tanggamus karena sanitasinya buruk. Tapi pada 2022, justru yang naik adalah Pesawaran dan Lampung Utara. Ternyata ODF di Lampung Utara baru 24 persen, sehingga prevalensi naik,” kata dia.
Selain kualitas air dan sanitasi, Sugeng menyebut pemenuhan gizi yang belum tercapai dengan baik akibat faktor ekonomi, serta lingkungan yang terpapar asap rokok juga menjadi penyebab terjadinya stunting. “Kadang karena orang tuanya merokok sejak kandungan atau lingkungannya terpapar asap rokok, itu juga bisa,” kata dia.
Kepada Bangkitlah.com dilaporkan, guna menangani hal itu, pihaknya mendorong peningkatan pemahaman orang tua mengenai faktor-faktor penyebab stunting melalui Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) serta penyuluhan aktif. “Kita selalu berikan KIE agar kesadaran meningkat, dan prevalensi menurun,” kata dia. (Wengky)