JAKARTA- Dulu Sembunyi, Kini Natal Yesus Kristus Ramai Dirayakan di Arab Saudi, Kristen Dapat Kado Natal.

Sejumlah warga asing yang tinggal di Arab Saudi membeberkan bebas merayakan Natal. Perayaan hari besar umat Kristen itu bahkan semakin semarak di Saudi di bawah pimpinan Putra Mahkota Mohammed bin Salman.

Padahal, mereka dahulu pernah mendengar bahwa perayaan natal di negara itu pernah dirayakan secara diam-diam. Salah satu warga asing itu adalah Sydney Turnbull. Ia berasal dari Amerika Serikat, dan sudah tujuh tahun di Saudi.

“Anda dengar cerita-cerita orang menyelundupkan pohon Natal dan merayakan secara pribadi, tapi Anda tak pernah melihat dekorasi atau festival lampu penuh warna di luar seperti di Amerika,” katanya seperti dikutip dari Arab News Jumat (24/12).

Seiring waktu semua itu telah berubah. Ornamen dan aksesoris Natal bermunculan di jendela toko dan produk hadiah berjajar di rak.

Saat pertama menginjakkan kaki di Saudi, Turnbull mengaku perayaan Natal dilakukan secara ketat dengan pintu tertutup.

“Tahun ini, khususnya, mungkin merupakan tampilan Natal yang paling umum,” kata Turnbull.

Mulai dari kafe hingga restoran berubah menjadi negeri musim dingin, manusia salju berhiaskan berlian, dekorasi, dan ornamen untuk dijual.

“Starbucks menawarkan minuman cangkir bertema liburan (Natal), sama dengan yang dimiliki teman dan keluarga saya di rumah,” kata dia.

Dia semakin terkejut saat melihat Bateel (kafe dan restoran lokal) sekarang menawarkan kalender selamat datang.

“Kemarin, saya menerima email dari restoran top di Riyadh yang menawarkan perayaan Malam Tahun Baru. Ini tidak akan pernah terdengar beberapa tahun lalu,” kata dia.

Turnbull juga memperhatikan lebih banyak ekspatriat yang secara terbuka merayakan libur Natal di Arab Saudi kali ini.

“Rekan-rekan saya di Saudi bahkan memberi saya hadiah Natal, sikap yang sangat baik dan bijaksana, dan hanya contoh lain betapa hangat dan ramahnya orang-orang di sini,” paparnya.

Dia bahkan akan makan siang Natal bersama dengan teman-teman Saudi dan ekspatriat yang sudah dianggap sebagai keluarga kedua.

“Setelah itu, saya mungkin akan menghabiskan malam dengan menonton film Natal klasik dengan secangkir cokelat panas dan keluarga serta teman-teman FaceTiming untuk mengucapkan selamat Natal kepada mereka.”

Suka cita Natal itu juga dirasakan Enrico Catania, warga ada Italia yang tinggal di Jeddah. Ia mengatakan perayaan tahun ini akan sedikit berbeda karena pandemi Covid-19 dan pembatasan perjalanan.

Dia akan merayakan Natal dengan teman-teman seperti biasa, namun tidak akan bertemu keluarga. Keterbukaan yang terjadi di Saudi perayaan akan membuat Catania merasa lebih betah.

“Kami selalu menikmati ini dengan orang-orang terdekat dan tersayang, tetapi ada pelonggaran sejak 2015 dalam merayakan budaya yang hampir tidak diizinkan pada periode menjelang 2015,” lanjut Catania.

Meskipun secara umum, dan dalam beberapa waktu terakhir, kesadaran dan penerimaan kebiasaan budaya seperti itu meningkat namun tetap ada perbedaan budaya, lanjutnya.

Keluarga Muslim Ikut Meramaikan Natal di Arab Saudi. Sejumlah warga asing yang tinggal di Arab Saudi membeberkan bebas merayakan natal, bahkan lebih semarak tahun ini.

Sementara itu, Ashwag Bamhafooz, ibu rumah tangga Saudi asal Jeddah, mengaku diundang untuk merayakan Natal bersama teman-teman suaminya dari Filipina.

“Keluarga ibu saya, meskipun mereka Sunni Lebanon, merayakan Natal dan saling memberi hadiah,” kata Bamahfooz.

Ia mengaku tak masalah merayakan Natal dan Tahun Baru seperti merayakan tahun Hijriah.

Bamahfooz juga senang dengan langkah Kerajaan yang mulai toleransi dan penerimaan yang lebih besar terhadap orang lain.

Kepada Bangkitlah.com  dilaporkan, di bawah pemerintahan Putra Mahkota Mohammed bin Salman, Saudi terlihat ingin mendorong budaya toleransi untuk menciptakan suasana yang ramah dan merayakan nilai perbedaan serta keragaman.

Kerajaan telah memberikan perhatian besar untuk mendorong koeksistensi, penerimaan, dan asimilasi budaya asing di masyarakat dengan menghilangkan polisi agama. Hal itu disebut membuat pengunjung dan ekspatriat tak merasa dikecualikan atau dipaksa mengambil kebiasaan yang bukan miliknya. (Utari)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here