BANDAR LAMPUNG – Para pecinta mendiang KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang tergabung dalam Jaringan Gusdurian Lampung mengaku siap menjadi garda perdamaian dan penjaga keberagaman di Bumi Ruwa Jurai.
Koordinator Gusdurian Lampung, Umar Robani mengatakan, Lampung merupakan wilayah yang memiliki ciri masyarakat heterogen. Hal itu menjadikan Lampung sebagai daerah yang cukup rawan terjadi konflik bersentimen suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Umar menjelaskan, penangkapan terduga teroris di Lampung oleh Tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri di Lampung yang sempat terjadi beberapa kali menunjukkan bahwa pengatasnamaan agama sebagai sumber konflik sangat berpotensi terjadi.
“Lampung bisa disebut miniatur Indonesia, semua agama dan suku ada di sini. Ini merupakan kekayaan, namun sekaligus ancaman jika tidak mampu ditangani dengan baik dan bijak,” kata Umar, Jumat (15/10).
Menurutnya, perbedaan merupakan anugerah yang mendorong bangsa Indonesia menjadi kuat. Hal inilah, yang menurut dia, tidak dimiliki bangsa lain.
“Kerja-kerja seperti ini sudah diteladankan KH Abdurrahman Wahid semasa hidupnya. Keberpihakannya kepada kelompok marginal bertujuan meniadakan dominasi kelompok. Sehingga masyarakat hidup saling berdampingan tanpa memandang ras, suku, atau pun agama,” kata Umar.
“Gus Dur merupakan suri teladan yang selalu mengajarkan hidup berdampingan dalam perbedaan melalui 9 nilai dasar yang beliau ajarkan,” sambung dia.
Kepada Bangkitlah.com dilaporkan, diketahui terdapat 9 nilai dasar merupakan rangkuman dari pemikiran dan kiprah Gus Dur yang bersumber dari pandangan banyak tokoh nasional melalui simposium nasional tentang Gus Dur yang digelar pada 2011 silam. 9 nilai itu adalah ketauhidan, kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, pembebasan, kesederhanaan, persaudaraan, kesatriaan, dan kearifan lokal. (Wengky)