Ilustrasi Covid-19. (Ist)

BANDAR LAMPUNG – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyebut transisi pandemi menuju endemi akan terjadi secara alamiah. Kepatuhan masyarakat dalam penerapan protokol kesehatan (prokes) dan percepatan vaksinasi covid-19 merupakan kunci perpindahan tersebut.

Berbeda dengan pandemi, endemi merupakan wabah penyakit yang secara konsisten ada, tetapi terbatas pada wilayah tertentu sehingga membuat penyebaran penyakit dan tingkat penularan dapat diprediksi.

“Pergeseran itu enggak bisa diubah, tetapi terjadi secara alamiah. Artinya, masyarakat harus patuh prokes dan pemerintah mengusahakan cakupan vaksin meningkat,” kata Ketua IDI Bandar Lampung, dr. Aditya M. Biomed. Senin (6/9).

Kepada Bangkitlah.com dilaporkan, dr Aditya mengatakan, saat ini pemerintah telah mencanangkan transisi situasi pandemi menjadi endemi melalui peta jangka panjang pengendalian covid-19 Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

“Hal itu dikuatkan dengan tiga strategi, yakni kepatuhan memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, serta menjaga jarak (3M), pelaksanaan testing, tracing, dan treathmen (3T), dan cakupan vaksin yang tinggi,” kata dia.

Kata dia, ketiga strategi itu harus dilakukan secara bersamaan selama masa transisi. Ia menegaskan, Indonesia tak bisa menggantungkan hanya kepada salah satu strategi. Sebab, hal itu sudah terbukti di beberapa negara dengan tingkat vaksinasi covid-19 tinggi, akan tetapi kasus melonjak kembali karena strategi perilaku warga dan deteksi dini tidak dilakukan.

“Jangan sampai kecolongan lagi seperti varian Delta kemarin. Vaksinasi tak membuat kita kebal, tetap bisa tertular dan menularkan, namun vaksinasi membuat kita tak sampai masuk rumah sakit,” ujarnya.

Dr. Aditya menilai situasi pandemi di Lampung,l mulai terkendali. Hal itu bisa dilihat dari persentase bed occupancy rate (BOR), kasus kematian, hingga positivity rate.

“Kalau semua bertahan, bahkan kurva terus melandai dan cakupan vaksinasi tinggi, Desember nanti Indonesia harusnya siap memasuki transisi dari pandemi ke endemi,” ujarnya.

Dr. Aditya menegaskan bahwa transisi dari pandemi ke endemi tidak lah mudah. Jika masyarakat dan pemerintah euforia dengan penurunan kasus dan banyaknya vaksinasi, lalu abai prokes 3M, dikhawatirkan situasi malah menjadi hiperendemi.

“Contoh penyakit endemik adalah malaria di Papua. Saat jumlah penderita penyakit endemik jumlahnya meningkat di luar prediksi tapi kejadiannya masih bertahan di area yang sama, maka penyakit tersebut bisa dikategorikan sebagai hiperendemik,” kata dia. (Wengky)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here