JAKARTA- Ketua Umum PBNU Said Aqil Sirajd membeberkan radikalisme yang muncul di perguruan tinggi bisa berasal dari mata kuliah agama islam di perguruan tinggi umum. Yang materinya hanya fokus pada akidah dan syariah. Sedangkan, materi akhlak tidak jadi yang utama.
Said Aqil menyebut apabila mata kuliah agama di perguruan tinggi umum terus menerus dicekoki materi akidah dan syariah islam bisa berujung pada radikalisme.
“Kalau pelajaran agama di bukan Fakultas Agama dan berulang ulang soal Akidah teologi, muslim, kafir, dholal, musyrik, sesat, bid’ah, neraka, surga. Wah radikal semua nanti itu,” terangnya dikutip dari Televisi Nahdlatul Ulama, Selasa, (30/3).
Kepada Bangkitlah.com dilaporkan, Said Aqil menyebut materi mata kuliah agama di jurusan umum itu ada tiga. Yakni akidah, syariah dan akhlak.
Ia menjelaskan seharusnya mata kuliah agama islam di perguruan tinggi atau jurusan umum, porsi lebih besar adalah materi akhlak. Menurutnya, hal tersebut dapat mencegah munculnya paham radikalisme.
Untuk itu Said Aqil mengusulkan untuk perubahan kurikulum mata kuliah agama di jurusan umum. Caranya, akidah dan akhlak cukup diajarkan dalam empat kali pertemuan.
“Akidah, syariah cukup empat kali pertemuan, nggak usah di ulang ulang. Itu diulang-ulang di Ushuludin bukan di teknik atau kedokteran, cukup memperkenal kan 6 rukun iman,”
Untuk sisanya, sepuluh pertemuan materi akhlak diperbanyak. Seperti akhlakul karimah (sifat terpuji), birrul walidain (berbuat baik kepada kedua orang tua), silaturahmi dan tidak hasut atau adu domba.
“Itu ajaran islam, ajaran Muhammad, di Al-Quran seabrek ayat itu, di hadits juga seabrek. Bukan hanya akidah, syariah,” tegasnya.
Ia berharap mata kuliah agama islam di jurusan umum bisa menerapkan kurikulum tersebut. “Ini saya lihat kurikulum atau metode yang harus dijalankan untuk mata kuliah agama di perguruan tinggi di bukan jurusan agama islam,” imbuhnya. (Utari)