JAKARTA – Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Prof Nizam mengatakan mahasiswa mengalami kendala paling banyak pada jangkauan atau konektivitas internet selama pelaksanaan pendidikan jarak jauh (PJJ).
“Paling banyak yang dikeluhkan adalah masalah konektivitas atau jangkauan internet, karena tidak semua daerah memiliki sudah terjangkau jaringan internet,” ujar Nizam dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (4/8).
Selain tak tersedianya jaringan internet, mahasiswa juga mengeluhkan jaringan internet yang lambat sehingga membuat mahasiswa kesulitan dalam melakukan pembelajaran daring.
“Selanjutnya adalah biaya. Ketika pembelajaran dilakukan secara sinkron dengan menggunakan aplikasi telekonferensi, maka paket data yang biasa dipakai mahasiswa selama sebulan akan cepat habis.”
Hal itu yang menyebabkan biaya untuk melakukan pembelajaran daring selama satu semester menjadi mahal. Oleh karena itu, Nizam berharap perusahaan penyedia layanan internet untuk berbagi dengan menyediakan paket internet murah yang dapat dijangkau mahasiswa.
Dia menambahkan tahun akademik baru akan dimulai pada akhir Agustus, yang mana pembelajaran masih dilakukan secara daring. Meski secara daring, kualitas pembelajaran tidak boleh dikorbankan.
“Pembelajaran daring sebenarnya sudah dimulai sejak 20 tahun yang lalu, tapi belum banyak yang memanfaatkan untuk pembelajaran. Dengan pandemi COVID-19, memaksa untuk melakukan pembelajaran daring,” jelas Mantan Dekan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada itu.
Untuk itu, dia meminta semua pihak untuk bergotong royong dalam menghadirkan pendidikan yang bermutu. Nizam meminta agar perusahaan penyedia layanan telekomunikasi untuk dapat memberikan internet murah kepada mahasiswa.
Kepada Bangkitlah.com dilaporkan, dalam menyelenggarakan PJJ, Kemendikbud telah menggandeng Telkomsel dan juga Indosat Ooredoo dalam penyediaan layanan jaringan internet murah untuk mahasiswa. (Adriana)