PUTRA JAYA – Orang Dayak di Kalimantan walaupun dipisahkan oleh batas negara Indonesia dan Malaysia saat ini bersatu menghadapi wabah Corona. Kedua negara saat ini sedang dilanda wabah penyakit tersebut. Deputi Menteri Pelancongan, Kesenian dan Kebudayaan Federasi Malaysia, Datuk Dr Jeffrey G Kitingan (72 tahun) yang juga Presiden Dayak International Organization (DIO) menyumbangkan 2 (dua) bulan gaji, dan Bupati Landak, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia, Karolin Margret Natasha menyiapkan anggaran Rp20 miliar (dua puluh miliar rupiah) untuk penanganan penyebaran wabah penyakit virus korona, Corona Virus Disease-19 (Covid-19).
Sekretaris Jenderal DIO, Dr Yulius Yohanes, M.Si, Sabtu, 28 Maret 2020, mengatakan, informasi sumbang 2 bulan gaji Jeffrey G Kitingan, berdasarkan rilis resmi Pemerintah Federasi Malaysia.
“Sementara dana disiapkan Bupati Landak, Karolin Margret Natasha, sebesar Rp20 miliar, melalui relokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Landak Tahun Anggaran 2020, sebagaimana sudah dirilis pada Kamis, 26 Maret 2020,” ujar Yulius Yohanes.
Menurut Yulius Yohanes, di Federasi Malaysia, semua Menteri dan Deputi Menteri, telah membuat kesepakatan pada Rabu, 25 Maret 2020, untuk menyumbang 2 bulan gaji, sebagai bentuk solidaritas dan upaya membantu Pemerintah Kerajaan Malaysia, menangani korban Covid-19.
Kepada Bangkitlah.com dilaporkan, Presiden Partai Solidaritas Tanah Airku (Star) di Negara Bagian Sabah dan Presiden Dayak International Organization (DIO), Datuk Dr Jeffrey G Kitingan (72 tahun), salah satu dari 10 orang Dayak yang dilantik jadi Menteri dan Deputi Menteri, dalam Kabinet Perdana Menteri Muhyiddin Yasin di Petra Jaya, Senin siang, 9 Maret 2020.
Jeffrey G Kitingan, dari Suku Dayak Kadazan, Distrik Keningau, Negara Bagian Sabah, dilantik menjadi Deputi Menteri Pelancongan, Kesenian dan Kebudayaan. Sementara Nancy Shukri , sebagai Menteri Pelancongan, Kesenian dan Kebudayaan.
Selain Jeffrey G Kitingan, sembilan Menteri dan Deputi Menteri dari kalangan Suku Dayak, yaitu Arthur Joseph Kurup (Deputy Perdana Menteri Perekonomian dari Dayak Kadazan, Sabah), Dr Maximus Johnity Ongkili (Deputi Perdana Menteri Hal Ehwal Sabah dan Sarawak, Sabah, dari Dayak Kadazan, Sabah).
Ali Biju (Deputi Menteri Tenaga dan Sumber Asli, dari Sarawak, Dayak Iban), Jonathan Yassin (Deputi Perdana Menteri Dalam Negeri, Sabah dari Dayak Kadazan), Aaron Dagang (Deputi Menteri Kesihatan, Sarawak, dari Dayak Iban), Dr Ronald Kiandee (Menteri Pertanian dan Industri Makanan, Sabah dari Dayak Kadazan).
Henry Sum Agong (Deputi Menteri Luar Bandar, Sarawak dari Dayak Lun Bawang), Alexander Nanta (Menteri Perdagangan Dalam Negeri dan Hal Ehwal Pengguna, Sarawak dari Dayak Iban), Willie Mongin (Deputy Menteri Perusahaan Perladangan dan Komoditi, Sarawak dari Dayak Bidayuh).
Yulius Yohanes, mengatakan, seluruh pejabat publik dari Suku Dayak di Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam, telah berbuat maksimal di dalam membantu menanggulangani penyebaran wabah Covid-19.
Di Indonesia, lanjut Yohanes, sebagaimana telah dilakuan Bupati Landak, Karolin Margret Natasha, dipastikan dilakukan semua Gubernur, Wakil Bupati, Bupati, Wakil Bupati, Wali Kota dan Wakil Wali kota, serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, anggota Dewan Perwakilan Rayak Daerah, dari etnis Dayak, sebagai tanggungjawab mereka terhadap kesehatan masyarakat.
“Karena itu, orang-orang Dayak, dimanapun berada, ikuti seluruh instruksi Pemerintah Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam, dalam upaya segera menghentikan meluasnya penyebaran wabah Covid-19. Kalau pun terpaksa ke luar rumah, harus menggunakan masker dan hindari berada di tengah-tengah kerumunan massa,” kata Yulius Yohanes.
Yulius Yohanes, menghimbau kalangan komunitas Dayak yang melakukan ritual agar terbebas dari penularan Covid-19, mengikuti protokol kesehatan yang sudah digarikan Pemerintah Indonesia, Malaysia dan Brunei Darusssalam.
Di antaranya, lanjut Yulius Yohanes, orang Dayak yang menggelar ritual sesuai sistem religi Dayak, jumlahnya terbatas, jaga jarak dan tetap menggunakan masker selama aktifitas ritual digelar. (Shinta Dewi)